29 Juni 2007

My Lovely Coffee

Illy adalah sebuah merek kopi yang dibawa Mba Ika–kakak saya–dari Italia pada akhir Mei lalu. Memang, sebelum dia pulang, saya sudah mewanti-wantinya untuk membawakan saya kopi–apa pun merek dan jenisnya–yang asli Italia.

Sebagai penyuka kopi, saya berambisi sekali mencicipi kopi yang benar-benar ber-taste Italiano. Ternyata, memang hmmmmmm…. baru membuka tutup boksnya saja bau harum kopi yang sungguh nikmat sudah langsung ‘memprovokasi’ hidung saya. Wah, harus buru-buru mencecap nih, supaya lidah saya tidak iri untuk bisa membuktikan kenikmatan rasanya.

Selama ini saya cukup setia mengonsumsi Coffemix sebagai menu andalan sarapan saya setiap hari. ‘Merek’ lain yang juga cukup saya suka salah satunya coffelatte vanila produk Dunkin’ Donuts. Beberapa kali saya juga menikmati cappucino atau espresso produk Starbucks. Tapi saya tidak terlalu suka produk yang terakhir, selain karena harganya mahal, di Jogja belum ada outletnya*. Juga, untuk ukuran harga semahal itu, menurut saya, taste-nya tidak terlalu cocok dengan lidah saya.

Sebenarnya, saya tidak terlalu bisa menikmati kopi tubruk. Namun ada satu merek kopi tubruk yang sangat saya suka, tapi kopi ini sulit sekali saya dapatkan di Jogja. Mereknya Kopi Bintang, produk lokal sebuah pabrik kopi di Palu, Sulteng. Biasanya, saya mendapatkannya secara cuma-cuma dari teman-teman asal Palu yang kebetulan tinggal di sini.

Bagi saya, kopi adalah ‘alat hidup’ yang cukup wajib untuk disediakan sehari-hari. Saya tidak suka merokok, jadi saya memanfaatkan kopi sebagai pen-stimulus otak saya.

Sebenarnya, selain Illy, Mba Ika [kakak saya ini kebetulan bekerja sebagai staf KBRI di Roma, Italia] juga membawakan satu boks kopi lagi untuk stok dengan merek yang berbeda–tapi saya lupa mereknya apa. Sayangnya, Kakak–seorang teman dari Makassar–memaksa membawanya pulang ke sana. Ya sudahlah, saya relakan saja. Untungnya, Basri Andang–teman lain dari Makassar–mengirimi saya kopi toraja.

Katanya, kopi itu merupakan industri lokal yang tengah dikembangkan produksi dan pemasarannya. Mereknya Bal. Di kemasannya ditulis “spesial arabika toraja, dari biji kopi arabika pilihan dan berkualitas yang tumbuh di kawasan pegunungan Bumi Lakipadada pada ketinggian 150-3.082 mdpl, dikembangkan dan diolah secara tradisional berdasarkan keahlian dan pengetahuan lokal masyarakat adat Toraja secara turun-temurun sejak tahun 1860”. Wah, cukup panjang juga sejarah kopi ini ya. Hebatnya lagi, di bagian atas kemasan Kopi Bal itu juga tertulis “dengan membeli produk ini, Anda telah mendukung masyarakat adat dalam pelestarian lingkungan”. Jadi kalau memang Anda ingin punya andil untuk mendukung masyarakat adat dalam melestarikan lingkungan, silahkan membeli kopi ini. Hehehe…***
*) eh ternyata di Jogja sudah ada outlet Starbucks di Ambarukmo Plaza (Amplaz), kayaknya sih baru buka beberapa waktu yang lalu.