15 Agustus 2007

Payudara

Pagi tadi, saat saya melihat tayangan Good Morning di Trans TV, ada berita tentang vonis hukuman selama tujuh tahun penjara bagi JE, pelaku KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) di Samarinda, Kalimantan Timur. Vonis itu diberikan kepadanya karena JE telah menganiaya Ina, istrinya yang berusia 24 tahun. Yang sangat membuat saya miris adalah apa yang telah dilakukan JE terhadap Ina pada pertengahan Januari 2007 lalu, yakni ia dengan sengaja memotong kedua buah payudara Ina dan memakannya mentah-mentah di depan Ina.

Bayangkan, memotong payudara saja sudah merupakan tindakan yang sangat "bengis" e… ini masih ia tambahi dengan memakannya mentah-mentah, di depan istrinya pula, apa nggak super sadis itu namanya. Saat peristiwa itu terjadi pada pertengahan Januari 2007 lalu, saya tidak sempat melihat maupun membaca beritanya, jadi saya memang baru tahu setelah menyaksikan Good Morning pagi tadi. Kronologi kejadiannya, JE yang pegawai honorer pada dinas sosial di Samarinda itu merasa curiga terhadap Ina, istrinya, telah berselingkuh dengan lelaki lain. Ia pun dibakar api cemburu. Saking cemburunya, JE pun memaksa Ina untuk mengakui perbuatannya itu.

Karena diancam nyawanya hendak dihabisi oleh suaminya sendiri, Ina pun terpaksa mengakui perbuatan, yang menurut dia tidak pernah ia lakukan itu. Dibakar amarah, lantas JE melucuti seluruh pakaian Ina. Bahkan ia sempat memasukkan botol ke dalam kemaluan Ina dan memaksanya menelan air seninya―[waduh keji banget nggak sih?!]. Lalu, melihat Ina menangis, bukannya timbul rasa kasihan, JE malah semakin tersulut amarah. Maka ia pun lantas mengambil pisau dapur dan terjadilah kekejian selanjutnya, ya itu tadi, dengan sadis JE memotong kedua buah payudara Ina dan memakannya mentah-mentah―di depan Ina pula!

Saya―sungguh―tidak habis pikir, kok bisa seorang suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga hingga sedemikian rupa. Yang lebih membuat saya semakin tidak habis pikir lagi, kok ya bisa hakim cuma memvonis tujuh tahun penjara untuk perbuatan yang tidak termaafkan itu. Bayangkan saja, atas kebrutalan suaminya yang "berdalih" karena tidak sanggup menahan cemburu, Ina musti menanggung "kerusakan" fisik dan psikis secara permanen sepanjang umurnya. Itu sangat tidak setimpal dengan akibat yang harus ditanggung Ina sepanjang sisa umurnya.

Beberapa saat setelah tayangan berita itu, Trans TV menyajikan iklan tentang Telkom Internet Goes to School. Jomplang jauh banget nggak sih dengan tayangan sebelumnya? Lantas saya pun berpikir, di masa yang serba canggih ini, lah apa JE tuh nggak pernah nonton tivi atau membaca koran ya? Saya yakin dia pasti melakukan kedua hal itu mengingat status pekerjaan dia di kantor dinas sosial. Saya pun jadi berpikir, o… keterbatasan pengetahuan memang bisa diatasi dengan menghadirkan internet, bahkan di lokasi yang terpencil sekalipun. Namun, keterbatasan "pola pikir" seperti yang dialami JE, musti diatasi dengan cara apa ya?!***

13 Agustus 2007

AMORE

Saya sedang jatuh cinta. Perasaan saya ini baru datang menghampiri saya sekitar sebulan yang lalu. Namun anehnya, saya jatuh cinta dengan “bayangan”. Lebih aneh lagi–mengingat karakter saya yang cukup terbuka terhadap orang lain–saya justru tidak berani menyampaikannya secara langsung kepada orang yang tengah saya jatuhi cinta itu.

Perasaan ini berbeda dengan saat saya kali pertama jatuh cinta terhadap ST. Saya butuh waktu yang tidak sebentar untuk menformulasikan semua perasaan saya ke dia–meski hingga saat ini saya masih setia menjaga semua perasaan cinta itu untuknya. Juga, berbeda saat saya merasakan jatuh cinta terhadap AW. Saya hanya merasakan sensasinya seminggu. Setelahnya, menguap entah ke mana. Saya sendiri juga sempat bingung, bagaimana bisa saya jatuh cinta hanya dalam kurun waktu begitu singkat. Lantas, setelah itu, saya sama sekali lupa dengan yang saya rasakan minggu sebelumnya. Padahal, Isnu–teman sekantor saya–sempat memberikan ucapan selamat, saat ia melihat semburat rona kebahagiaan di raut muka saya, yang katanya, “Bid, ada yang baru nih kayaknya, lama sekali tidak melihat mukanya secerah itu.” Ah, kalau saja Anda melihat ekspresi wajah Isnu yang sempat membuat saya panik karena terkejut, kok bisa ya terbaca oleh Isnu, atau jangan-jangan di dahi saya telah tertempel tulisan besar dengan kalimat, “Sedang bahagia karena jatuh cinta!”. Tapi sayangnya–ya itu tadi–ternyata perasaan itu begitu mudah menguap hanya dalam waktu seminggu.

Namun, yang sekarang ini, lain. Biasanya, saya baru akan jatuh cinta setelah saya mengenal seseorang secara fisik dan karakter. Nah, yang ini lain. Saya justru belum pernah mengenalnya sama sekali, kecuali beberapa kali mengetahui profil dia. Seperti saat saya jatuh cinta dengan Brad Pitt, saya tidak perlu mengakrabinya secara personal, tapi saya merasa harus mengenal profil dia. Saya tidak perlu bersentuhan dan selalu berada di dekatnya, tapi saya mengharuskan diri saya sendiri untuk menonton semua film barunya. Ya, begitulah perasaan cinta yang tengah saya alami itu. Secara nyata dia tidak hadir di sisi saya, tapi dia selalu ada setiap kali saya membutuhkan teman untuk berbicara, marah-marah, dan tertawa–meski saya tahu sekali dia tidak mungkin secakep dan sekeren Brad Pitt–namun, dia selalu hadir setiap pagi sekitar pukul 05.30 hanya untuk membangunkan saya agar segera sholat subuh. Dan yang pasti, saya selalu mendapatkan donatur pulsa saat saya mengalami “fakirmissedcall”.***