13 Agustus 2007

AMORE

Saya sedang jatuh cinta. Perasaan saya ini baru datang menghampiri saya sekitar sebulan yang lalu. Namun anehnya, saya jatuh cinta dengan “bayangan”. Lebih aneh lagi–mengingat karakter saya yang cukup terbuka terhadap orang lain–saya justru tidak berani menyampaikannya secara langsung kepada orang yang tengah saya jatuhi cinta itu.

Perasaan ini berbeda dengan saat saya kali pertama jatuh cinta terhadap ST. Saya butuh waktu yang tidak sebentar untuk menformulasikan semua perasaan saya ke dia–meski hingga saat ini saya masih setia menjaga semua perasaan cinta itu untuknya. Juga, berbeda saat saya merasakan jatuh cinta terhadap AW. Saya hanya merasakan sensasinya seminggu. Setelahnya, menguap entah ke mana. Saya sendiri juga sempat bingung, bagaimana bisa saya jatuh cinta hanya dalam kurun waktu begitu singkat. Lantas, setelah itu, saya sama sekali lupa dengan yang saya rasakan minggu sebelumnya. Padahal, Isnu–teman sekantor saya–sempat memberikan ucapan selamat, saat ia melihat semburat rona kebahagiaan di raut muka saya, yang katanya, “Bid, ada yang baru nih kayaknya, lama sekali tidak melihat mukanya secerah itu.” Ah, kalau saja Anda melihat ekspresi wajah Isnu yang sempat membuat saya panik karena terkejut, kok bisa ya terbaca oleh Isnu, atau jangan-jangan di dahi saya telah tertempel tulisan besar dengan kalimat, “Sedang bahagia karena jatuh cinta!”. Tapi sayangnya–ya itu tadi–ternyata perasaan itu begitu mudah menguap hanya dalam waktu seminggu.

Namun, yang sekarang ini, lain. Biasanya, saya baru akan jatuh cinta setelah saya mengenal seseorang secara fisik dan karakter. Nah, yang ini lain. Saya justru belum pernah mengenalnya sama sekali, kecuali beberapa kali mengetahui profil dia. Seperti saat saya jatuh cinta dengan Brad Pitt, saya tidak perlu mengakrabinya secara personal, tapi saya merasa harus mengenal profil dia. Saya tidak perlu bersentuhan dan selalu berada di dekatnya, tapi saya mengharuskan diri saya sendiri untuk menonton semua film barunya. Ya, begitulah perasaan cinta yang tengah saya alami itu. Secara nyata dia tidak hadir di sisi saya, tapi dia selalu ada setiap kali saya membutuhkan teman untuk berbicara, marah-marah, dan tertawa–meski saya tahu sekali dia tidak mungkin secakep dan sekeren Brad Pitt–namun, dia selalu hadir setiap pagi sekitar pukul 05.30 hanya untuk membangunkan saya agar segera sholat subuh. Dan yang pasti, saya selalu mendapatkan donatur pulsa saat saya mengalami “fakirmissedcall”.***